JAKARTA—Kementerian Pertanian mencatat dari 424.094 ton produk holtikultur pada 2019 merupakan ekspor buah-buahan. Sementara data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor buah-buahan Indonesia tumbuh 23,21% pada Juni 2020. Nilainya mencapai 430,4 juta dolar AS atau setara Rp6,25 triliun (kurs Rp14.557 per dolar).
Kinerja ekspor buah-buahan pada 2019 kinclong. Untuk manggis misalnya, volume ekspor di 2019 mencapai 27.797 ton atau senilai Rp596,8 Milyar. Khusus untuk salak yang menjadi buah asli Indonesia, mencapai 1.698 ton atau senilai Rp26,5 Milyar.
Melihat prospek bagus ini Kementerian Pertanian menargetkan menghadirkan 483 kampung yang mampu menghasilkan buah kualitas ekspor. Aneka ragam buah tropis seperti manggis, jeruk, nanas, pisang dan salak memiliki pangsa pasar tersendiri di Internasional.
Direktur Buah dan Florikultur, Ditjen Hortikultura, Liferdi Lukman menuturkan salak kini menjadi buah ke 4 yang paling banyak diekspor Indonesia setelah Manggis, Nenas dan Pisang. Dengan lima besar negara tujuan ekspor antara lain Hongkong, Tiongkok, Thailand, Singapura, Malaysia.
“Permintaan tinggi namun belum bisa penuhi pasar ada di Malaysia, Kamboja, Saudi Arabia, Belanda, dan Perancis,” tambahnya dalam Focus Group Discussion (FGD) “Penanganan Segar Buah Salak Tujuan Ekspor”, Kamis (10/12/20).
Hanya saja Liferdi mengakui, produksi salak di dalam negeri masih rendah. Pada 2019 tercatat baru 955763 ton saja dari daerah sentra produksi salak.
Saat ini ada 20 daerah sentra salak yaitu Banjarnegara, Tapanuli Selatan, Magelang, Malang, Wonosobo, Sleman, Lumajang, Karangasem, Humbang Hasundutan, Kota Balikpapan, Kota Padangsidimpuan, Sumedang, Enrekang, Deli Serdang, Trenggalek, Karo, Halmahera Barat, Jombang, Minahasa Tenggara, dan Tanggamus.
Karena itu, untuk memperluas sentra buah-buahan termasuk salak, Kementerian Pertanian melalui Ditjen Hortikultura pada 2021 nanti akan mengembangkan Kampung Buah yang akan menghasilkan buah kualitas ekspor.
“Kampung buah ini merupakan pengembangan kawasan buah di daerah sentra dengan minimal 20 hektar (luar Jawa) dan 10 hektar (Pulau Jawa) untuk produksi dan berstandar ekspor,” tuturnya.
Khusus untuk salak, Liferdi menuturkan akan ada pengembangan 10 kampung buah seluas 130 hektar di Kabupaten Karangasem, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Sleman.
Pendekatan yang digunakan untuk Kampung Buah ini adalah dengan pemberdayaan masyarakat desa dan digerakkan oleh petani Milenial.
Pemanfaatan lahan pekarangan dan tiap rumah tangga menanam satu jenis tanaman buah untuk menjadi kawasan dalam satu kampung (desa). Sehingga bisa terbangun kawasan buah skala ekonomi di desa tersebut.
“Kampung buah tersebut juga bisa menjadi kawasan Agroeduwisata yang bisa mendatangkan pengunjung secara tidak langsung,” pungkasnya.