JAKARTA-—Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) memperkirakan penyaluran kredit melalui berbagai perusahaan financial technology (fintech) menembus angka Rp45 triliun hingga Akhir 2019.
Menurut Ketua Harian AFPI Kuseryansyah besaran ini naik lebih dari dua kali lipat dibanding 2018, sebesar Rp22 triliun. Kenaikan ini didorong generasi milenial yang semakin banyak menjadi pengguna jasa fintech untuk memperoleh kredit.
Milenial mampu beradaptasi pada perkembangan teknologi,” ungkap Kuseryansyah dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (27/11/19).
Dia mengatakan, milenial yang memilki banyak kesibukan menjadikan platform digital sebagai solusi praktis. Tentunya fenomena ini menjadi peluang bagi e-commerce.
“Bagi milenial multifinance terkesan lama dan ribet dengan dokumen dan survei. Sementara fintech bagi mereka lpraktis dan efisien,” ujar dia.
Data AFPI menunjukkan inklusi keuangan pada 2018 mencapai 53 persen sementara pemerintah menargetkan tahun ini inklusi keuangan tumbuh 75 persen.
“Jika dibandingkan dengan negara tetangga yang inklusi keuangannya mencapai 93 persen, maka Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan usaha kredit melalui fintech lebih maju lagi,” pungkas dia.
Untuk 2019 ini AFPI sebetulnya menargetkan penyaluran pinjaman fintech peer to peer (P2P) lending Rp40 triliun. Kalau proyeksinya benar, maka jumlah Rp45 triliun melebihi target.
Sementara data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per September 2019, akumulasi pinjaman P2P lending mencapai Rp60, 407 miliar. Jauh di atas proyeksi AFPI. OJK membenarkan dominasi milenial (usia 19-34 tahun) sebagai peminjam sebesar 70,65%. Sementara yang meminjamkan juga dari generasi milenial sebesar 69,84 persen.