JAKARTA—-Pertumbuhan industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) sepanjang 2018 naik atau tumbuh sebesar 5,66 persen terhadap 2017. Kenaikan ini terutama didorong naiknya produksi industri percetakan dan reproduksi media rekaman, naik sebesar 21,17 persen.
Industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia naik 17,91%, industri peralatan listrik naik 15,02%, Industri logam dasar naik 13,42%, dan jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan, naik 12,72%. Namun IMK bidang pengolahan tembakau turun drastis sebesar 47,13 persen.
Demikian antara lain diungkapkan Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto dalam jumpa pers di kantor BPS, Jumat (1/2/2019). Menurut dia IMK rajangan tembakau dan rokok linting penurunan tajam terjadi pada kategori ini sangat dipengaruhi oleh cuaca.
Dengandemikian Industri kecil pengolahan tembakau mengalami penurunan lagi pertumbuhan sepanjang 2017. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada 2017 penurunan pertumbuhan mencapai 20,45%.
Sementara pertumbuhan IMK percetakan pas dengan proyeksi Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI), Tahun 2018 ini industri percetakan masih prospektif dengan mencatat pertumbuhan sebesar 5%. Pertumbuhan ini karena adanya inovasi di bidang industri kreatif.
Pertumbuhan IMK pecetakan diperkirakan juga terjadi pada2019 terutama didorong oleh Pilpres dan Pileg yang berlangsung sekaligus.
Seentara untuk industri manufaktur besar dan sedang pada2018 juga meningkat sebesar 4.07 persen. Kenaikan itu didongkrak oleh naiknya industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki sebesar 18.78 persen. Sebaliknya industri yang besar dan sedang yang mengalami penurunan produksi ialahkomputer, barang elektronik dan optik sebesar 15,06 persen.
Sebagai catatan, saat ini Indonesia berada pada posisi keenam sebagai eksportir produk kulit, alas kaki, dan barang jadi kulit di dunia. Pertumbuhan industri ini tak lepas dari kreativitas para penrajin yang tersebar di berbagai sentra.
Perindustrian (Kemenperin) mencatat, nilai ekspor produk kulit, alas kaki dan barang jadi kulit dari Indonesia mencapai US$4,16 miliar pada Januari-September 2018, meningkat 6,28% dari periode yang sama pada 2017 (Irvan Sjafari/berbagai sumber).