hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

17 Tahun Ikhtiar Untuk Pemerataan Ekonomi

Pembangunan proyek prestisius Kawasan BMI yang akan mengintegrasikan aspek ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, kesehatan dan spiritual rencananya akan dimulai tahun ini. Hebatnya, sebagian sumber pendanaan berasal dari dana  Ziswaf.

Angka 17 sering ditafsirkan sebagai sesuatu yang heroik sekaligus melankolis. Bagi Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI) yang kini telah beroperasi selama 17 tahun, angka itu menjadi penanda untuk lebih meneguhkan jatidiri koperasi di tengah sistem kapitalisme yang kian mencengkram.

Kamaruddin Batubara, Presiden Direktur Koperasi BMI mengatakan, koperasi harus hadir di tengah masyarakat untuk memberdayakan dan melakukan pemerataan ekonomi. Oleh karenanya Model BMI Syariah yang menawarkan konsep yang komprehensif dan telah terbukti dapat dijadikan referensi dalam praktik berkoperasi yang benar.

Seperti diketahui, Model BMI Syariah yang bukunya telah terbit itu mengusung lima instrumen pemberdayaan yaitu sedekah, pinjaman, pembiayaan, simpanan dan investasi melalui pengembangan budaya menabung dan pemberdayaan Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf (Ziswaf) menuju kemandirian yang berkarakter dan bermartabat. Kelima instrumen itu ditujukan untuk memberi maslahat pada 5 pilar yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan spiritual yang sesuai dengan prinsip syariah.

“Melalui Model BMI Syariah Kami ingin menjadikan koperasi yang mandiri, berkarakter dan bermartabat untuk mensejahterakan anggota dan terus bergerak mengejar pemerataan ekonomi di tengah masyarakat,” ujar Kamaruddin atau biasa disapa Bara.

Memperingati Milad ke 7 dan 17 tahun operasional, Koperasi BMI menggelar rangkaian acara Milad di 8 tempat antara lain di Kabupaten Pandeglang (Cab. Majasari), Kab. Lebak, Kab. Serang, dan Kab. Tangerang.

Kegiatan yang dilakukan bersifat sosial yaitu santunan kepada 1.000 anak yatim, sunatan massal 300 anak anggota, santunan pendidikan tingkat SD 5 anak anggota berprestasi

(@Rp500.000), santunan pendidikan tingkat SMP 5 anak (@Rp750.000), santunan pendidikan tingkat SMA 5 anak (@Rp1.000.000), santunan pendidikan tingkat universitas 5 anak (@Rp1.500.000), santunan pendidikan Hafidz Qur’an minimal 10 juz (@Rp750.000) dan santunan pendidikan paket C terbaik 5 anak (@Rp500.000).

Selain itu dilakukan penyerahan hibah rumah siap huni sebanyak 3 unit untuk wilayah Kab. Tangerang, penyerahan SANIMESRA 1 unit wilayah Kab. Lebak, dan penyerahan Sanitasi Dhuafa 1 unit wilayah Kab. Tangerang.

Rangkaian acara ini mempertegas tema koperasi sebagai pemberdayaan menuju pada eksistensi Koperasi BMI sebagai pemimpin perubahan menuju peradaban baru koperasi Indonesia. Pemberian santunan dan bantuan sosial itu juga merupakan bagian dari rasa syukur atas pencapaian yang telah diraih. Selain itu, merupakan upaya untuk memperkuat kohesivitas sosial sebagai salah satu instrumen pemberdayaan.

Pemberdayaan Petani Kol

Implementasi pilar ekonomi oleh Kopsyah BMI salah satunya ditunjukan dengan panen kol perdana bersama petani binaan. Acara itu bertempat di kampung Blukbuk Luwung Desa Blukbuk Kecamatan Kronjo Kabupaten Tangerang yang dihadiri oleh Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar.

Dalam sambutannya, Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar mengucapkan terima kasih kepada Kopsyah BMI yang telah memfasilitasi warganya untuk bercocok tanam sayuran melalui dukungan permodalan dan pendampingan.

“Terima kasih kepada tim penyuluh dari Kopsyah BMI yang telah mendampingi warga kami dalam usaha ini. Sekarang jangan mau lagi antri kerja di pabrik mending bertani,” ujar Bupati Zaki.

Bupati juga menyatakan kesiapannya untuk mendukung program Kopsyah BMI itu dengan menyediakan tambahan tenaga penyuluh pertanian. Hal itu merupakan bentuk sinergi antara Pemkab Tangerang dengan Kopsyah BMI.

Kegiatan panen perdana itu merupakan hasil bercocok tanam kelompok kecil petani yaitu terdiri dari lima orang, yang menggarap lahan seluas 4000 meter persegi (m2). Diperkirakan pada panen perdana ini akan dipetik sebanyak 100 kg sayuran kol segar.

Selanjutnya panen kol secara keseluruhan akan dilakukan satu minggu kemudian oleh kelompok lainnya. Jumlah petani kol semuanya ada 11 orang, dan karena perbedaan waktu menanam, maka ada interval panen yang berjarak satu minggu. Dari lima orang petani binaan yang melakukan panen perdana kali ini, dua orang bercocok tanam kol.

Sementara Bara dalam sambutannya mengatakan bahwa dahulu awalnya petani yang menggarap lahan itu hanya satu orang saja. “Dulu awalnya cuma satu orang saja, yang menggarap lahan 1000 m2. Sekarang ada 11 petani, 3 diantaranya adalah petani mandiri. Sekarang kita sudah mempunyai lahan pertanian 4,3 hektare sampai juga ke Pandeglang. Berbagai komoditas seperti cabai, kol dan oyong, kacang panjang juga. Mereka tidak mencicil, tapi membayar dari keuntungan pada saat panen dengan pola bagi hasil sesuai kesepakatan,” ujar Bara.

Senada dengan Bupati Zaki, Bara juga mengajak kepada masyarakat sekitar untuk bertani dibanding bekerja di pabrik atau bandara. Untuk mendukung langkahnya itu, ia menghimbau kepada para kepala desa agar menginventarisir lahan “tidur” di daerah tersebut untuk digunakan bertani oleh petani binaan Kopsyah BMI.

Dalam acara itu, juga dserahkan secara simbolis akad kerjasama bagi hasil secara musyarakah kepada para petani yang menjadi binaan Kopsyah BMI.  Para petani yang menerima pembiayaan tersebut yaitu Murtala, dengan luas lahan 2. 500 meter persegi pembiayaan senilai Rp7,5 juta, petani Hafidz dengan lahan 1.500 meter persegi dengan pembiayaan senilai Rp4,6 juta, Susmita dengan luas lahan 1.500 meter persegi dengan luas lahan Rp10,5 juta, Yani dengan luas lahan 1.500 meter persegi dengan pembiayaan sebesar Rp11, 5 juta, Kariri dengan luas lahan 2.000 meter persegi menerima pembiayaan sebesar Rp14 juta dan Zainuddin dengan luas lahan 1.000 meter persegi dengan pembiayaan Rp5,4 juta.

Kawasan BMI

Berbagai pencapaian yang telah diraih bukan berarti menjadikan Koperasi BMI bersantai ria. Bara bersama jajarannya sedang menyiapkan agenda besar yang fenomenal. Rencananya pada tahun ini, akan memulai pembangunan Kawasan BMI.

Di atas lahan seluas 20 hektare akan pabrik, sekolah, rumah sakit dan masjid. Selain itu, juga akan disediakan lahan sekitar 5 – 10 hektar untuk sawah. Sisanya nanti untuk laboratorium kegiatan pertanian dan peternakan, laboratorium seni dan  budaya, laboratorium Kopi Rindoe Benteng, dan Pusat Riset dan Pengembangan Koperasi BMI.

“Sumber dana pembangunan Kawasan BMI sebagian dari Ziswaf, dan untuk itu kami mengajak seluruh insan BMI, anggota dan masyarakat luas untuk menyalurkan dana kebajikannya melalui Kopsyah BMI,” pungkas Bara.

Meski baru berusia 17 tahun, namun kiprah Kopsyah BMI dalam pemberdayaan tidak perlu diragukan lagi. Dampaknya kepercayaan masyarakat terhadap koperasi dapat tumbuh di tengah masih adanya praktik koperasi abal-abal. Kopsyah BMI telah membuktikan dengan menjalankan prinsip dan jatidiri koperasi secara benar, public trust dapat diraih.  (Kur)

pasang iklan di sini