Tidak banyak literatur yang mengungkapkan bahwa dua tahun sebelum Konferensi Asia Afrika digelar, Bandung menjadi tuan rumah konferensi berskala internasional yang bertajuk Economic Commision for Asia and Far Asia (Ecafe). Konferensi ini berlangsung dari 14 Januari hingga 14 Februari 1953 dibuka oleh Perdana Menteri Wilopo) dan dihadiri 200 anggota delegasi dari 23 negara, termasuk 14 anggota Ecafe dan delegasi dari Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Sidang Ecafe antara lain membicarakan mengenai cara menghidupkan perindustrian kecil di desa-desa, termasuk menyatukan perindustrian kecil dan pekerjaan tangan di desa-desa, masalah perumahan rakyat hingga soal monopoli timah di Asia Tenggara , oleh perusahaan Inggris. Konferensi ini mencuatkan nama Soemitro Djojohadikusumo yang menjadi salah satu Ketua Sidang Pleno.
Ecafe berdiri pada 1948 bertujuan memberikan bantuan kepada negara-negara di asia untuk mendorong perekonomiannya. Konferensi Ecafe kerap disebut parlemen Asia karena dalam konferensi itu soal-soal perekonomian Asia dimusyawarahkan. Sayangnya konferensi ini menjadi ajang perebutan pengaruh antara Blok Amerika dan Uni Soviet hingga gaungnya tidak seperti KAA
