octa vaganza
Wisata  

14 Abad Kabut Misteri Bangunan Candi Muara Takus

Sejarah Candi Muara Takus masih gelap. Asal-usul situs kuno bercorak Hindu-Buddha ini belum dapat dipastikan kapan dibangun dan peninggalan kerajaan apa. Eksistensinya berkaitan erat dengan Kerajaan Sriwijaya, meski belum bisa dipastikan.

SEBUAH situs candi Buddha. Terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII KotoKabupaten KamparRiau, 135 km dari Kota Pekanbaru. Situs Candi Muara Takus dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 m, yang terbuat dari batu putih dengan ketinggian sekitar 80 cm. Di luar arealnya berdiri tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 km, mengelilingi kompleks ini sampai ke pinggir Sungai Kampar Kanan.

Sebagaimana dilansir arsip Perpusnas, di atas bangunan yang terbuat dari batu pasir (tuff) terdapat sebuah stupa besar. Di atas bangunan yang terbuat dari bata merah terdapat 8 buah stupa kecil yang mengelilingi stupa besar. Stupa merupakan lambang Buddha Gautama. Agak berbeda dengan kebanyakan candi Buddha yang ada di Indonesia, candi ini lebih mirip seperti arsitektur candi di Myanmar.

Di dalam kompleks terdapat beberapa bangunan candi. Arsitektur dan bangunan Candi Muara Takus sedikitnya terdiri dari Candi Sulung/Tuo, Candi Bungsu, Mahligai Stupa, Candi Palangka, pagar keliling, dan tanggul kuno. Candi Tuo/Sulung merupakan bangunan utama dari kompleks percandian Muara Takus. Candi ini adalah candi dengan bangunan terbesar di antara bangunan yang ada, berukuran 32,80 m x 21,80 m.

Dalam hal penamaan Candi Muara Takus terdapat dua pendapat. Pertama adalah nama candi ini diambil dari nama sungai kecil yang bermuara di Sungai Kampar. Sungai kecil tersebut namanya adalah Sungai Takus. Pendapat kedua mengatakan penamaan Muara Takus diambil dari dua kata, yaitu Muara yang berarti tempat akhir dari aliran sungai, dan Takus diambil dari bahasa China yaitu Takuse.

Ta dalam bahasa China berarti besar sedangkan ku berarti tua atau kuil. Maka secara keseluruhan, Muara Takus memiliki makna sebuah kuil atau candi tua yang besar dan berada di muara sungai. Se berarti “candi” atau “kuil”. Takus disadur dari tiga kata tersebut memiliki arti candi tua yang besar. Sedangkan Muara mempunyai makna suatu tempat yang berguna sebagai akhir sebuah aliran sungai.

Candi ini merupakan situs candi tertua di Sumatera. Satu-satunya situs peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Provinsi Riau. Jika dilihat dari bentuk dan struktur Candi Muara Takus yang berupa stupa, candi ini diperkirakan digunakan sebagai tempat peribadatan dan ritual umat Budha saat itu, terutama Budha Mahayana. Candi ini membuktikan agama Buddha pernah berkembang di kawasan ini.

Bahannya terbuat dari batu pasir, batu sungai dan batu bata. Berbeda dengan candi-candi di Jawa, yang dibuat dari batu andesit yang diambil dari pegunungan. Bahan pembuat Candi Muara Takus, khususnya tanah liat, diambil dari sebuah desa yang bernama Pongkai, sekitar 6 km di sebelah hilir situs Candi Muara Takus.

Nama Pongkai kemungkinan berasal dari Bahasa TionghoaPong berarti lubang dan Kai berarti tanah. Bekas lubang galian itu sekarang sudah tenggelam oleh genangan waduk PLTA Koto Panjang. Dalam bahasa Siam, kata Pon kai ini mirip dengan Pangkali yang berarti sungai. Letak situs bercorak Hindu-Buddha ini memang di tepian sungai.

Pada sisi sebelah timur dan barat Candi Tuo terdapat tangga. Menurut perkiraan, tangga tersebut dihiasi stupa, sedangkan di bagian bawah dihiasi patung singa dalam posisi duduk. Kini, bagian puncaknya telah rusak dan batu-batunya telah banyak yang hilang. Bangunan kedua, yakni Candi Mahligai, berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10,44 m x 10,60 m. Berdiri di atas pondamen segi delapan (astakoma) yang pada alasnya terdapat teratai berganda. Di tengahnya menjulang sebuah menara yang bentuknya mirip phallus (yoni), sampai ke puncak setinggi 14,30 m.

Candi Palangka merupakan candi terkecil dari kompleks ini, terletak 3,85 m di sebelah timur Candi Mahligai. Bangunan ini berbahan batu bata merah yang tidak dicetak. Panjangnya 6,60 m, lebar 5,85 m, tinggi 1,45 m. Bangunan keempat terletak di sebelah barat Candi Mahligai, yakni Candi Bungsu. Bangunannya terbuat dari dua jenis batu, yaitu batu pasir (tuff) yang terdapat pada bagian depan, dan pada bagian belakang berbahan batu bata. Selain bangunan-bangunan tersebut, tepat di depan gerbang Candi Tuo terdapat onggokan tanah yang mempunyai dua lubang. Tempat ini diperkirakan sebagai lokasi pembakaran jenazah.

Bangunan utama di kompleks ini adalah sebuah stupa yang besar, berbentuk menara yang sebagian besar terbuat dari batu bata dan sebagian kecil batu pasir kuning. Selain bangunan beberapa buah candi sebagaimana disebutkan di atas, di dalam komplek candi ini ditemukan pula gundukan yang diperkirakan sebagai tempat pembakaran tulang manusia. Di luar situs ini terdapat pula bangunan-bangunan (bekas) yang terbuat dari batu bata, yang belum dapat dipastikan jenis bangunannya.

Sejarah Candi Muara Takus masih menjadi teka-teki di kalangan ahli purbakala. Asal-usul situs kuno bercorak Hindu-Buddha ini belum dapat dipastikan merupakan peninggalan sejarah kerajaan apa. Situs Muara Takus berupa kompleks candi yang di dalamnya terdapat beberapa bangunan. Meskipun belum diketahui secara pasti kapan didirikan, candi ini diperkirakan dibangun pada masa perkembangan Hindu-Buddha di Nusantara, khususnya di Sumatera.

Para pakar purbakala belum dapat menentukan kapan situs candi ini didirikan. Ada yang mengatakan abad ke-4. Ada yang mengatakan abad ke-7, abad ke-9 bahkan pada abad ke-11. Untuk dimaklumi, perbedaan angka satu atau dua abad merupakan hal yang lumrah di kalangan arkeolog. Yang disepakati para purbakalawan, candi ini diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Sriwijaya, yakni antara abad ke-4 hingga 11 M, dan merupakan salah satu pusat pemerintahan dari Kerajaan Sriwijaya.

Pendapat lain menyebutkan bahwa candi ini sempat digunakan pada akhir masa Kerajaan Sriwijaya yang runtuh pada abad ke-11 Masehi. Apakah Candi Muara Takus Peninggalan Kerajaan Sriwijaya? Secara teritori, tidak diragukan lagi Candi Muara Takus termasuk dalam bekas wilayah Kerajaan Sriwijaya yang eksis pada periode abad ke-7 hingga abad ke-12 M. Pada 2009, Candi Muara Takus dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.●(Zian)

Exit mobile version