Dua tempat hiburan malam di Kuta Bali, Sari Club dan Paddy’s Pub manjadi sasaran terorisme pada 12 Oktober 2002 jelang tengah malam. Kedua tempat itu diledakkan oleh sebuah jaringan teorisme internasional; 202 orang tewas dan 209 lainnya luka-luka.korban tewas umumnya para turis asing yang tengah berlibur dan warga Bali sendiri. Serangan dahsyat dan mengerikan itu, tidak hanya membuat industri pariwisata Bali redup, perekonomian warga Bali pun ikut terpuruk . Selain dua tempat hiburan tersebut ledakan juga menyasar Kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Denpasar.
Berdasarkan catatan kronologi dari berbagai media, bom di dalam Paddy’s Club meledak pukul 23:05. Para pengunjung pub yang panik berhamburan keluar, namun saat mereka keluar, sebuah mobil, van L300 yang ada di depan kafe itu pun meledak, dengan kekuatan yang jauh lebih besar. Jeda antar kedua ledakan kira-kira 20 detik.
Berdasar catatan United States-Indonesia Society (USINDO) dalam dokumen “Indonesia’s War on Terror”, aksi pengeboman itu tampak telah dirancang dengan seksama. Sementara hasil investasi Tim Gabungan Polri dan Kepolisian luar negeri menyimpulkan bom di Paddy”s C;ub berjenis TNT seberat 1 kg dan di depan Sari Club menggunakan bom RDX berbobot antara 50-150 kg. Saking kerasnya, ledakan di depan Sari Club meninggalkan sisa berupa lubang sedalam 3 kaki. Dalang pengeboman ditengarai dilakukan oleh kelompok keagamaan yang disebut sebagai Jamaah Islamiyah dan merupakan aksi balas dendam terhadap kerusuhan yang terjadi di Poso dan Ambon serta perang di Afghanistan. Beberapa pelaku yang berhasil diciduk telah menerima hukuman. Pada 8 November 2008, Imam Samudra, Amrozi Nurhasyim, dan Hudan bin Abdul Haq dieksekusi mati di Lapas Nusakambangan, Cilacap. Sementara Dulmatin tewas setelah diterjang peluru tajam pada 9 Maret 2010 di Jakarta.